Back

USD/IDR Sedikit Melambat di 16.300, Tunggu Data PCE AS Malam Ini

  • USD/IDR tampak bergulat dia level 16.300-an setelah Indeks Dolar AS melesat hingga di atas 108.
  • Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang disetahunkan pada Kuartal 3 meningkat ke 3,1%.
  • Pasar menunggu rilis data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi yang akan dirilis malam ini.

Pasangan mata uang USD/IDR agak memperlambat laju penguatannya di 16.300-an pada saat berita ini ditulis, setelah mencapai tertinggi baru bulanan pada perdagangan kemarin di 16.416. Dolar AS terdorong hingga ke 108,45-an sejauh ini, tertinggi dua tahun, seperti yang ditunjukkan oleh Indeks Dolar AS (DXY) karena sikap hawkish The Fed saat menurunkan suku bunga pada tanggal 18 Desember.

Federal Reserve AS telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), sehingga kisaran targetnya menjadi 4,25% dan 4,50% pada hari Rabu. Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP) terbaru, atau yang juga disebut dengan "dot plot", menunjukkan sikap bank sentral AS yang lebih hawkish dengan memprakirakan perlambatan pemangkasan suku bunga sebesar 25 bp di tahun depan berkurang menjadi dua kali dari empat kali.

Dolar AS melanjutkan penguatannya pada perdagangan kemarin, setelah Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang disetahunkan mencatatkan tingkat pertumbuhan 3,1% di kuartal ketiga, lebih tinggi dari ekspektasi pasar dan pembacaan sebelumnya sebesar 2,8%. Kemudian, Klaim Tunjangan Pengangguran Awal juga terlihat baik, dengan turun ke 220.000 untuk minggu yang berakhir tanggal 13 Desember, di bawah 242.000 di minggu sebelumnya dan lebih rendah prakiraan pasar yang tercatat di 230.000.

Pasar masih menunggu kebijakan riil yang akan diberlakukan Donald Trump, saat ia mulai menjabat secara resmi pada bulan Januari 2025. Di tengah ketidakpastian ini dan tantangan ekonomi global, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa kebijakan moneter Bank Indonesia akan berfokus untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah Indonesia terhadap Dolar AS. Telah diketahui bahwa pada bulan Desember tanggal 18, BI telah mempertahankan tingkat suku bunga di level 6,00%.

Di pasar keuangan Indonesia, kebijakan tarif yang akan diterapkan Trump menimbulkan kekhawatiran terjadinya ekonomi yang terfragmentasi dan membuat para investor cenderung mengalihkan dananya ke aset-aset yang lebih aman, hal ini akan menyebabkan capital out flow yang menekan Rupiah lebih lemah, kata Fikri Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas kepada CNBC.

Menurut Pablo Piviano, Analis Senior dan Penyunting FXStreet, “Kenaikan (DXY) lebih lanjut tetap masuk akal selama indeks ini bertahan di atas SMA 200 hari.” Ia menyebutkan, “kelanjutan bias bullish kemungkinan akan menghadapi resistance terdekat di level tertinggi 2024 di 108,26. Di aats level ini, resistance yang sejajar dengan puncak November 2022 di 113,14, yang dicapai pada 3 November, diikuti oleh puncak Oktober 2022 di 113,94, yang dicatat pada 21 Oktober, dan puncak 2022 di 114,77, yang terdaftar pada 28 September.

Hari ini, fokus tertuju pada serangkaian data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS yang akan dirilis pada pukul 13:30 GMT (20:30 WIB). Data ini diharapkan akan memberikan dorongan arah pergerakan Dolar AS, yang tentunya juga menyeret pasangan mata uang USD/IDR menjelang akhir pekan ini.

Indikator Ekonomi

Belanja Konsumsi Perorangan Inti - Indeks Harga (Thn/Thn)

Belanja Konsumsi Perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) Inti, yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi, mengukur perubahan nilai semua barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk AS pada periode tertentu, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang lebih fluktuatif. Data triwulanan dirilis dalam laporan Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih luas. Data tersebut merupakan proksi untuk belanja konsumen, pendorong utama ekonomi AS. Secara umum, pembacaan yang tinggi dianggap sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan yang rendah dianggap sebagai bearish.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Jum Des 20, 2024 13.30 GMT (20:30 WIB)

Frekuensi: Bulanan

Konsensus: 2,9%

Sebelumnya: 2,8%

Sumber: US Bureau of Economic Analysis

Setelah menerbitkan laporan PDB, Biro Analisis Ekonomi AS merilis data Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) bersama dengan perubahan bulanan dalam Pengeluaran Pribadi dan Pendapatan Pribadi. Pembuat kebijakan FOMC menggunakan Indeks Harga PCE Inti tahunan, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, sebagai pengukur utama inflasi mereka. Pembacaan yang lebih kuat dari perkiraan dapat membantu USD mengungguli para pesaingnya karena akan mengisyaratkan kemungkinan pergeseran hawkish dalam panduan ke depan The Fed dan sebaliknya.

 

USD/INR Melemah Menjelang Rilis Core PCE AS

Rupee India (INR) pulih pada hari Jumat setelah terdepresiasi ke level terendah sepanjang masa di 85,12 di sesi sebelumnya. Penurunan harga minyak mentah dapat membantu membatasi penurunan mata uang lokal karena India adalah konsumen minyak terbesar ketiga di dunia. Selain itu, Reserve Bank of India (RBI) dapat melakukan intervensi di pasar untuk mencegah volatilitas yang berlebihan.
Read more Previous

WTI Bergerak di Bawah 69,00, Penurunan Lebih Lanjut Tampaknya Mungkin Terjadi karena Dolar AS yang Lebih Kuat

Harga Minyak West Texas Intermediate (WTI) melanjutkan penurunan beruntun untuk 5 sesi berturut-turut, diperdagangkan di kisaran $68,90 per barel selama jam-jam Asia pada hari Jumat. Harga Minyak Mentah, yang didenominasikan dalam Dolar, berada di jalur penurunan mingguan karena Dolar AS (USD) yang lebih kuat. Dolar AS yang lebih tinggi membuat harga minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, yang pada gilirannya mengurangi permintaan minyak.
Read more Next